UNAS Itu …


Stres gara-gara memikirkan ujian nasional, seorang pelajar SMA Panglima Sudirman, Lumajang nekat tenggak pil dextro sebanyak 20 butir. Akibatnya pelajar kelas 3 IPS 2, MS (18) teler.

“Saya minum pil, karena takut tidak lulus unas,” kata MS di ruang Reskoba Polres Lumajang kepada wartawan.

Hal di atas adalah sebuah fakta, bahwa Ujian Nasional (UNAS) bagi sebagian pelajar adalah momok yang begitu menakutkan. Akibatnya banyak yang kalah sebelum bertarung. Phobia secara masif menyerang para pelajar di negeri ini.

Terlepas dari segala aspek pro dan kontra, faktanya UNAS telah menjadi kebijakan resmi yang harus dilaksanakan sebagai salah satu bentuk evaluasi hasil belajar. Bahkan jadwal sudah ditetapkan. Para pelajarpun mau tak mau harus mengikuti proses tersebut. Bukan hanya pelajar, berbagai pihak pun juga terkena eksesnya.

Pihak sekolah dan guru segara menyiapkan segala sarana dan prasarananya. Mereka juga harus membekali peserta didik dengan segala amunisi yang diperlukan. Tak heran jika menjelang hari H sekolah masih tetap sibuk setelah jam sekolah usai. Walau kadang terselip motif terselubung (demi meraih gelar prestasi sekolah misalnya), namun tampaknya itu sudah menjadi hal yg galib.

Orang tua pun tak kalah tegangya. Mereka juga tak mau cuek (memang harus begitu, kali ya?). Tak jarang orang tua yang dalam kesehariannya biasa-biasa saja, semakin mendekati hari H, mereka melayani putra-putrinya dg perhatian lebih, bahkan terkesan mamanjakan. Anak tak boleh capek, tak boleh sedih, tak boleh dibebani apapun. Mereka tak ingin anaknya gagal.

Memang, peserta didik harus dibekali dengan cukup. Bekal matriil belumlah cukup, harus pula dibekali dengan yang sprirituil. Segala bentuk latihan seperti les tambahan misalnya, adalah upaya pembekalan yang penting. Namun yang lebih penting peserta didik diberi pembekalan spirituil (mental) yang kuat. Sikap jujur harus ditanamkan, sehingga takkan ada jual beli bocoran kunci jawaban dan sebagainya.

Mental tidak saja harus disiapkan dalam menghadapi ujian, tapi juga harus disiapkan dalam menghadapi hasil ujian. Harus ditanamkan pengertian bahwa UNAS is not the only one. Sehingga bagi yang lulus tak selayaknya over reacted. Sebaliknya bagi yang gagal, berikan pengertian bahwa It’s not the end of the world. Jalan masih terbentang luas di depan.

Itu semua menjadi tugas bagi siapa pun yang peduli. Pedulikah anda???

sumber : surabaya.detik.com