
Pelaksanaan hari pertama UASBN (ujian akhir sekolah berstandar nasional) di SDN Binong, Desa Binong, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten, kemarin (4/5) berlangsung dalam suasana memilukan. Kondisi ruang kelas di sekolah itu sangat memprihatinkan. Sebagian kelas di sekolah tersebut berupa ruang terbuka yang dibatasi ''dinding'' bambu (saung).
Berdasar pantauan Radar Banten (Jawa Pos Group), tiga saung yang digunakan untuk belajar hanya beralaskan tanah. Bagian samping pun dibiarkan terbuka tanpa ada penghalang. Saat musim hujan tiba, proses belajar dan mengajar terpaksa dihentikan sementara karena ruangan tergenang. Bagian atap saung hanya terbuat dari daun kelapa, sementara tiangnya hanya batang bambu tua. Sekilas, ruang itu mirip kandang. Saung setinggi kurang lebih empat meter dibagi menjadi tiga bagian dengan disekat papan tulis hitam.
Saat Radar Banten datang kemarin, siswa kelas enam memang mengikuti UASBN di empat ruang permanen yang berada di samping saung. Tetapi, selesai UASBN sekitar pukul 10.00, 80 siswa kelas enam langsung berhambur keluar ruangan dan menuju ke saung. Mereka bergabung dengan siswa lain yang lebih dulu berada di saung.
Kepala SDN Binong Didi Humaedi ketika dikonfirmasi mengatakan, sekolah terpaksa menggunakan ruang darurat tersebut untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) karena lima kelas yang tersedia tidak mencukupi untuk menampung 500 siswa. Ruang itulah yang digunakan untuk KBM siswa kelas II dan III setiap hari.
Ruang darurat tersebut dibangun warga sejak penerimaan siswa tahun ajaran 2009-2010 dan berdiri di depan kantor guru. "Kami sengaja membuat ruang darurat itu agar siswa bisa belajar pagi. Sebab, sore mereka harus ikut madrasah diniyah," jelas Humaedi.
Saeful, salah seorang guru honorer yang mengajar di sekolah tersebut, mengatakan bahwa para siswa yang belajar di ruang darurat kurang berkonsentrasi. Sebab, mereka berada di ruang terbuka. "Coba bayangkan, ruang sering banjir ketika hujan," ucap Saeful. Menurut dia, akhir-akhir ini sekolah sering menghentikan KBM karena hujan.
Kepala Bidang Pembinaan TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Serang Asep Nugraha menyatakan belum bisa mengalokasikan anggaran untuk penambahan kelas di sekolah tersebut tahun ini. "Kami juga ingin segera memperbaiki kelas, tapi dananya tidak ada," papar Asep.
Sementara itu, hari pertama pelaksanaan UASBN kemarin berjalan lancar. Meski UASBN tidak melibatkan pengawas, Kemendiknas menyebut telah mempersiapkan ujian akhir jenjang SD/MI itu dengan cukup matang.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramly mengatakan, UASBN yang berlangsung hingga 6 Mei mendatang itu diikuti 4.428.797 siswa SD/MI. Soal yang ditetapkan merupakan sharing antara pusat dan provinsi. ''Kami belum bisa evaluasi secara menyeluruh,'' katanya.
Menurut dia, 25 persen soal UASBN ditetapkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Lantas, 75 persen diserahkan kepada provinsi. Materi soal dibuat berdasar kisi-kisi yang telah ditentukan. ''Kami berikan kebebasan kepada setiap provinsi. Kualitas soal juga bergantung setiap provinsi,'' ujarnya.
Mendiknas Mohammad Nuh mengungkapkan, kisi-kisi soal UASBN mengacu pada penalaran sesuai dengan pelajar usia SD.(jawapost)