Lomba Karawitan Antarsekolah Ponorogo Kurang Diminati

Lomba karawitan antarsekolah tingkat SD, SMP, dan SMA yang digelar dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan ke-65 RI dan hari jadi Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kurang diminati pelajar setempat.

"Ya, minimnya peserta lomba karawitan antarpelajar kali ini akan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk melakukan upaya penyelamatan terhadap kesenian daerah," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Ponorogo, Gunardi, Kamis.

Ia mengaku prihatin dengan fakta tersebut. Pasalnya, lomba karawitan yang digagas Disbudpar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan sedianya diagendakan selama dua hari berturut-turut.

Namun, lantaran peserta tidak sebanyak yang diharapkan (60 peserta), hanya 19 peserta dari 11 sekolah maka lomba karawitan terpaksa dipercepat menjadi satu hari.

"Memang lomba karawitan ini masih sedikit meleset dari target," ujarnya usai menyaksikan lomba karawitan.

Untuk itu, Gunardi berharap mulai tahun ini sekolahan di Ponorogo mulai mengadakan kegiatan ekstrakurikuler kesenian, khususnya karawitan.

Hal ini ditujukan agar siswa ikut aktif melestarikan budaya asli Indonesia yang saat ini mulai tenggelam, seiring modernitas budaya global maupun kemajuan teknologi-informasi.

"Kami akan berkoordinasi dengan pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan untuk menyusun kurikulum pelajaran karawitan sebagai kegiatan ekstra (tambahan)," tandasnya.

Gunardi berharap, di masa mendatang pengembangan kegiatan ekstrakurikuler kesenian daerah tidak hanya terfokus pada kesenian "mainstream" (utama), tetapi juga bisa diarahkan untuk kesenian daerah yang mulai tidak populer di kalangan pelajar/remaja.

Beberapa jenis kesenian tradisional yang disebut Gunardi misalnya, tarian tradisional, wayang kulit, kesenian angklung, reog, serta ketoprak Jawa.(sumber)