Bila Pedagang Undur-undur ini berhasil Sekolahkan Anaknya sampai ke S2

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/03/23/1844354p.jpg

Pada hari Selasa sore tgl 23 Februari 2010 di tengah gerimis, Ibu Ernawati (40thn) mulai membereskan dagangannya. Sebuah kotak plastik yang terisi pasir, tempat undur-undur dagangannya disimpan dan ditutupnya rapat-rapat. "Supaya nggak kena air hujan mbak, kalau kena air, bisa mati," kata Ibu Ernawati yang ditemui oleh wartawan Kompas di pasar burung Jatinegara, Jakarta Timur.

Ernawati dan suaminya sudah sejak thn 2005 menjual undur-undur, sejenis serangga yang hidupnya di pasir. Sebelumnya selama hampir 20 tahun, dia hanya menjual jangkrik-jangkrik makanan burung. Memang kedengarannya sangat remeh dan ganjil karena profesinya sebagai penjual serangga. Tapi jangan menganggap enteng karena dari berdagang serangga sehari-hari di pasar burung Jatinegara ini, Ibu Ernawati berhasil menyekolahkan anak bungsunya hingga S2 di salah satu universitas swasta.

"Itu anak saya, dia mau berangkat kuliah, tahun lalu S1-nya sudah lulus, sekarang lagi kuliah S2," ujarnya dengan bangga sembari menunjuk anaknya yang sedang ngobrol dengan ayahnya. Setiap hari, Ibu Ernawati dan suaminya memarkir gerobak berisi serangga milik mereka di pinggir jalan di pasar burung Jatinegara. "Ya, kalau lagi ada penertiban kita lari dan kabur karena nggak tau mau jualan dimana lagi," jelasnya.


http://arulalmy.files.wordpress.com/2009/11/undur-undur.jpg

undur undur

Undur-undur dagangannya, menurut Ernawati banyak dicari pembeli untuk obat berbagai penyakit. Seekor undur-undur bisa dijual dengan harga rata-rata Rp 300-1000. "Tergantung lagi banyak apa nggak dan tergantung yang beli itu cerewet apa nggak mbak," ujarnya.

Untungnya kata Ernawati setiap hari selalu saja ada pembeli yang memborong undur-undur dengan harga ratusan ribu rupiah. Undur-undur tersebut, kata Ernawati dia dapatkan dari pemasok undur-undur di Jawa Tengah yang selalu rutin mengirimkan undur-undur tsb ke Ibu Ernawati. Ketika ditanya mengapa tidak mencari undur-undur sendiri atau membeli dari pemasok di Jakarta, Ibu Ernawati hanya menjelaskan, "Jangan mbak, khan kasihan nanti yang di Jawa, mereka kan sudah langganan kami dari dulu, kasihan," tegasnya.


Tak lama setelah berbincang-bincang, Ibu Ernawati selesai membereskan dagangannya. Suaminya mengajak dia pulang karena hujan mulai deras. "Mari mbak, kami pulang dulu, mampir ke rumah yuk, dekat dari pasar mbak, cuma lurus belok kanan, di jalan Mede," ajak Ibu Ernawati si penjual undur-undur yang ramah dan berhasil menyekolahkan anaknya sampai S2 itu. (Sumber:disini)