5 Kemungkinan Penyebab Errornya Penerimaan Siswa Baru

Kendati sudah meminta maaf secara tidak langsung di media massa, penyebab eror dan kacaunya pendaftaran penerimaan peserta didik baru online atau PPDB online SMA/SMK DKI Jakarta belum juga dijelaskan secara tuntas oleh pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Sabrina Asril
Orang tua tetap merasa cemas server kembali eror. Para orang tua tetap memadati loket pemberian print out pendaftaran, Selasa (6/7/2010), di SMAN 39 Jakarta.

Kali terakhir, seperti yang diberitakan di Kompas.com, Senin (5/7/2010), di hadapan anggota Komisi E DPRD DKI, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto hanya menyatakan bahwa masalah tersebut terjadi akibat tidak mampunya sistem online menampung banyak peminat dalam waktu bersamaan dalam PPDB pekan lalu (1-3 Juli).

"Pendaftar yang membeludak dan terjadinya kerusakan server mengakibatkan PPDB online tak sesuai prediksi awal," katanya seraya menolak menyebutkan kontraktor PPDB online tersebut.

Sehari sebelumnya, Minggu (4/7/2010), jawaban yang dilontarkan pihak dinas pendidikan lebih aneh lagi. Kepala Humas Disdik DKI Bowo Irianto mengaku tak bisa menjelaskan soal teknis gangguan sistem online.

Bowo Irianto mengatakan, sistem PPDB online tahun ini diserang banyak hacker atau peretas. Karena serangan itu, sistem pada PPDB SD dan SMP sempat ngadat, tetapi bisa segera diatasi.

"Waktu masih PPDB SMP saja sudah ada 2.000-an hacker yang menyerang sistem kita," ujarnya.

Lima penyebab


Lepas dari keinginan baik Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk memberi penjelasan yang diharapkan bisa memuaskan banyak pihak, pengamat IT, Wigrantoro Roes Setiyadi, mengungkapkan kepada Kompas.com melalui surat elektronik dan wawancara langsung mengenai kemungkinan penyebab eror.

Setidaknya, kata Wigrantoro, ada lima kemungkinan penyebab terjadinya kekacauan PPDB online tersebut. Pertama, aplikasi PPDB, baik untuk laman internet maupun back office-nya masih mengandung kesalahan atau belum sempurna.

"Baik yang disebabkan oleh kualitas rancangan program atau aplikasi maupun proses penulisan program atau coding yang tentu saja melibatkan banyak personel, yang belum diuji tuntas, tetapi sudah langsung di-on-kan," kata Wigrantoto kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (7/7/2010).

Kedua, lanjut dia, database lulusan dan sekolah yang digunakan untuk mendukung PPDB masih bermasalah. Mestinya, database bisa dibagi untuk sekolah, siswa, dan wilayah.

Ketiga, perangkat keras seperti server atau storage disk mendapat masalah. Semisal, kata dia, kapasitas server atau hard disk tidak memenuhi syarat atau tidak mendukung concurrent access sampai ratusan, bahan ribuan users pada saat bersamaan.

"Mengenai perangkat keras, hal ini bisa menyangkut kapasitas server yang kecil dan memori yang juga kecil," ujarnya.

Faktor keempat, jaringan dan perangkat jaringan menemui kendala, baik itu jaringan lokal di lokasi server dan pelayanan, maupun jaringan akses ke internet. Adapun faktor kelima, lanjut Wigrantoro, adalah prosedur layanan yang masih memungkinkan terjadinya bottle neck.

"Dari kelima hal tersebut, saya menduga sistem belum sepenuhnya diuji secara tuntas, yaitu untuk menemukan masih ada eror atau bug. Namun, karena terbatasnya waktu, sudah langsung di-online-kan," kata Wigrantoro.(sumber di sini)