Pusing, Biaya Sekolah Banyak Pungutannya!

Pendidikan murah sepertinya hanya slogan. Di tengah program pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah, biaya pendidikan justru semakin tak terjangkau.

Sejumlah siswa baru di SMA Negeri 1 Pacet, Mojokerto, mulai mengeluhkan besarnya biaya yang dipatok sekolah. Siswa yang lolos diterima di sekolah ini diwajibkan membayar biaya daftar ulang sebesar Rp2,7 juta. Padahal, sekolah tersebut bukan sekolah favorit.

Image: corbis.com

Fakta ini merupakan hasil investigasi Komisi D DPRD Kabupaten Mojokerto. Masa pendaftaran siswa baru kerap dimanfaatkan sekolah untuk mendapatkan keuntungan. Dewan menduga, kondisi yang sama diberlakukan pula oleh sekolah negeri lainnya, terutama sekolah favorit.

Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Mojokerto Agus Basuki mengatakan, telah melakukan investigasi atas banyaknya keluhan masyarakat itu. Didapati ada beberapa kasus yang dilaporkan beberapa wali murid. ”Untuk masuk, harus melunasi pembayaran Rp2,7 juta per siswa,” urainya.

Uang sebesar itu selain untuk pembelian seragam, juga untuk membayar uang pembangunan gedung sekolah. Padahal, menurutnya siswa baru tak wajib membeli seragam dari sekolah. Jumlah uang pembangunan yang ditentukan seharusnya melalui persetujuan lebih dulu. ”Ini belum ada pembahasan dengan wali murid dan komite sekolah, tapi sudah menetapkan besarnya uang pembangunan,” tambahnya.

Dari pengakuan wali murid pula, pihak sekolah memberikan batas akhir pembayaran pada 12 Juli. Jika tidak, nama siswa yang sudah lolos dalam pendaftaran sesuai urutan nilai ujian nasional (NUN) itu bakal dicoret. Tentu saja kebijakan sekolah ini mendapat kecaman dari wali murid. ”Ini ada unsur pemaksaan juga,” katanya.

Salah satu wali murid yang memberikan keterangan itu, Agus Basuki, merasa keberatan dengan nominal dan tenggang waktu pembayaran yang diberlakukan sekolah. Jadi, dengan terpaksa dia mencabut kembali berkas anaknya dan dipindah ke sekolah lain yang pembayarannya lebih rendah. ”Di pindah di SMA Negeri 1 Kutorejo. Tidak tahu apakah di sekolah yang baru itu juga mahal,” tandasnya.

Hal yang lebih Agus sesalkan, dia telah berupaya melakukan konfirmasi dengan pihak sekolah. Namun, kepala sekolah enggan menemui dan tidak memberikan jawaban atas kebijakan yang mendapat banyak protes dari wali murid itu. ”Kami akan panggil kepala sekolah itu melalui Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik),” tukasnya.

Lebih lanjut dikatakan, jika SMA Negeri 1 Pacet saja mematok biaya setinggi itu, dia yakin sekolah lain yang memiliki batas nilai masuk di atasnya akan mematok biaya lebih tinggi pula. Dengan demikian, pendidikan yang terjangkau masyarakat hanya akan menjadi slogan. ”Ini masalah serius. Pendidikan itu untuk melawan kebodohan. Namun, jika demikian (sekolah mahal),justru sekolah sendiri yang menciptakan kebodohan itu,” cetusnya.

Dikonfirmasi masalah ini, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pacet Mashudi membantah. Dia memaparkan ada kesalahpahaman antara wali murid dengan pihak sekolah dalam hal ini. ”Memang ada salah satu wali murid menanyakan masalah biaya. Kami memperkirakan sebesar Rp2,7 juta. Uang gedung Rp1,5 juta dan pendaftaran, termasuk seragam, Rp1,2 juta,” bantah Mashudi.

Dia belum memastikan besarnya biaya yang harus dibayar siswa itu. Sebab,untuk penentuan besarnya uang gedung, harus mendapat persetujuan wali murid dan komite sekolah. ”Belum. Kami tak pernah mengancam akan mencoret siswa baru,” ujarnya membela.
sumber : di sini